Thursday, July 23, 2009

Dari Coretan Rasa Hati

Batang keladi di tengah kota
Daunnya hijau redup pandangan
Salam diberi pembuka kata
Bicara tersusun madah disampaikan


Awan gelap langit pun mendung
Hujan turun berderai-derai
Ku tatap bulan ku kenang untung
Air mataku jatuh berderai-derai

Kereta api sudah berlalu
Senja tenang bewarna jingga
Berkata hati bermadah kalbu
Si dia dikenang kemana jua

Bintang kecil berkilau terang
Biru putih dilindung awan
Dagang kerdil di rantau orang
Rindu kasih menanggung rawan

Petir berdentum langit bergegar
Hujan renyai menimpa titi
Hati gelisah jiwa berdebar
Menanti-nanti jawapan yang pasti

Malam sunyi suasana hening
Damai terasa tidak terperi
Purnama dan bintang duduk bersanding
Ke mana awan membawa diri

Di sana bukit di sini lembah
Di atas bukit air bertakung
Badan ku lesu terasa lemah
Fikiran bercelaru semakin bingung

Cantik berukir dulang kencana
Di dalam terhidang madu secangkir
Adakalanya hati bertanya-tanya
Madah ku ajukan tidakkah terzahir

Minta gelang diberi gelang
Gelang bertatahkan intan permata
Minta dipandang diberi pandang
Di dalam pandangan tersemat cinta

Daun gugur dihembus bayu
Jatuh berselerak laksana hamparan
Kelopak hatiku gugur dan layu
Impian ku terkubur musnah harapan

Di mana penawar hati nan walang
Di hujung kerlingan di tabir senyuman
Di mana dia kekasih ku sayang
Di madah berbunga dihujung talian

Kalau intan terpendam di bumi
Keras intan kalah besi
Tanda pahlawan tahan diuji
Layak dipuji berani mati

Kalau intan dibawa berenang
Ikatkan intan ke sisi pinggang
Walau pahlawan sakit berjuang
Bara digenggam menjadi arang

Cenderawasih burung di awan
Anak menetas ibunya mati
Bercerai kasih merindu rawan
Bagaikan putus rasanya hati

Nyiur gading tinggi menjulang
Masak ketupat berisi inti
Hancur daging bercerai tulang
Belum dapat belum berhenti

Tali ditarik dicarik-carik
Buat mengikat si kain kasa
Hati tertarik kerana cantik
Sayang terikat dek budi bahasa

Langit cerah awan membiru
Dinihari embun pun jatuh
Sakit hati menanggung rindu
Di dalam air badan berpeluh

Kalau berhajat turun ke laut
Turunlah diwaktu bulan terang
Di mulut naga lagi direbut
Inikan pula di tangan orang


Biar patah tulang di badan
Biar kering darah mengalir
Tetap berjuang mancapai impian
Di hujung hayat itulah akhir

Pasar Payang di Kuala Terengganu
Beli keris panjang sedepa
Ramai orang di Negeri Terengganu
Cik adik manis juga abang nak jumpa

Tiba malam gelaplah jalan
Muncul siang disinar mentari
Pedang hitam dalam genggaman
Hati riang tidak terperi

Di pagi indah menuju selatan
Menempuh simpang berkali-kali
Pedang merah buat pasangan
Dipasar Payang tempat dibeli

Ambil seikat si daun sena
Untuk mengelap cincin pusaka
Mata redup seribu makna
Anak rambut jatuh ke muka

Bertiup bayu udara bersih
Angin berhembus bertukar badai
Wajahnya ayu bujur sireh
Jarinya halus tombak serai

Segala puncak tinggi menjulang
Puncak yang mana dinda berada
Senyum tidak alang kepalang
Senyum bermakna tersemat di dada

Lampu indah digantung rendah
Sinar cahaya sayang tak lama
Jeling sudah senyum pun sudah
Bolehkah saya bertanya nama

Daun sireh disusun orang
Di dulang perak bertingkat-tingkat
Menghulur kasih orang tak pandang
Hati ku sebak senyuman kelat


Lalang meliuk ditiup angin
Angin berpuput dari barat
Hati merajuk orang tak ingin
Lama diturut sayang tak dapat

Purnama berlalu sileh berganti
Musim bertukar berubah-ubah
Kekasih yang dulu tersimpan di hati
Kenangan berakar rindu tak sudah

Banyak memberi kurang meminta
Lembut bicara santun berbudi
Bagai mentari menyilau mata
Bagai udara menyokong sendi

Kasih diberi sudah berbalas
Janji setia berbagai-bagai
Meskipun seri sekali imbas
Bagai tak percaya hajat tak sampai

Kuntum melayang diangin lalu
Jatuh menimpa akar di bawah
Jangan dikenang perkara yang lalu
Kalau tak lupa membawa padah

Kuntum diidam disunting orang
Hias dipelamin sebagai suri
Jangan didendam kepunyaan orang
Sunting yang lain untuk sendiri

Banyak mekar kuntum di taman
Semuanya harum kelopaknya indah
Jangan digusar memikat rupawan
Si dia kagum pada yang tabah

Siang terbayang malam bermimpi
Ku tulis syair untuk pujaan
Kasih dan sayang tidak bertepi
Bagaikan air dalam lautan

Sinar suria dilindung awan
Sinar pancarannya berbilah-bilah
Berjanji setia bersaksi bulan
Sampainya masanya mengapa berubah


Tuan puteri intan permata
Raja Aceh pinang tak jadi
Hendak berbudi tidak berharta
Hendak berkasih orang tak sudi

Dari Kajang ke Inderapura
Ku daki banjaran Titiwangsa
Hatiku riang tidak terkira
Merantau di bumi warisan bangsa

Inderapura padang saujana
Gading diukir menjadi gerbang
Walaupun jauh diri berkelana
Hati ku damai tiada bimbang

Hutan menghijau kiri dan kanan
Pawana menerpa dingin terasa
Bandar Kuantan di hujung jalan
Menara masjid menjulang ke angkasa

Bunga Kemboja di dalam taman
Mari disunting di waktu malam
Walau apa pinta mu puan
Tetap ku carikan diseluruh alam

Ku tanam Kemboja ku semai harapan
Kuntumnya mekar hatiku girang
Kelopaknya gugur di laman jiran
Hati ku hiba apalah malang

Bayu menyapa membelai sendu
Diri terbuang dirantau orang
Bertahun tak jumpa hatiku rindu
Bersentuh bayang rindu ku hilang

Labuh pukat di air tenang
Layar kendur angin utara
Walau melihat sekilas pandang
Aku bersyukur di kau gembira

Ukir gelang corak dedalu
Dipakai puan masa menimba
Walau memandang seimbas lalu
Bagaikan bulan jatuh keriba


Hati terluka bermain cinta
Pedih bisanya tidak terperi
Di keris panjang ku abadikan cerita
Di pasar Payang di Bukit Puteri

Hati berbunga cinta berputik
Jiwa remuk kasih berkecai
Senjata ke genggam menjadi milik
Ku namakan keris “HAJAT TERCAPAI”

Kinabalu namanya gunung
Banyak unggas berbagai rupa
Biar hayat sampai ke hujung
Pada mu dinda takan ku lupa

Mengambang bulan di tengah malam
Bayu segar menyapa bumi
Budi tuan selebar alam
Terukir mekar di hati kami

No comments:

Post a Comment