Thursday, July 30, 2009
Thursday, July 23, 2009
Dari Coretan Rasa Hati
Batang keladi di tengah kota
Daunnya hijau redup pandangan
Salam diberi pembuka kata
Bicara tersusun madah disampaikan
Awan gelap langit pun mendung
Hujan turun berderai-derai
Ku tatap bulan ku kenang untung
Air mataku jatuh berderai-derai
Kereta api sudah berlalu
Senja tenang bewarna jingga
Berkata hati bermadah kalbu
Si dia dikenang kemana jua
Bintang kecil berkilau terang
Biru putih dilindung awan
Dagang kerdil di rantau orang
Rindu kasih menanggung rawan
Petir berdentum langit bergegar
Hujan renyai menimpa titi
Hati gelisah jiwa berdebar
Menanti-nanti jawapan yang pasti
Malam sunyi suasana hening
Damai terasa tidak terperi
Purnama dan bintang duduk bersanding
Ke mana awan membawa diri
Di sana bukit di sini lembah
Di atas bukit air bertakung
Badan ku lesu terasa lemah
Fikiran bercelaru semakin bingung
Cantik berukir dulang kencana
Di dalam terhidang madu secangkir
Adakalanya hati bertanya-tanya
Madah ku ajukan tidakkah terzahir
Minta gelang diberi gelang
Gelang bertatahkan intan permata
Minta dipandang diberi pandang
Di dalam pandangan tersemat cinta
Daun gugur dihembus bayu
Jatuh berselerak laksana hamparan
Kelopak hatiku gugur dan layu
Impian ku terkubur musnah harapan
Di mana penawar hati nan walang
Di hujung kerlingan di tabir senyuman
Di mana dia kekasih ku sayang
Di madah berbunga dihujung talian
Kalau intan terpendam di bumi
Keras intan kalah besi
Tanda pahlawan tahan diuji
Layak dipuji berani mati
Kalau intan dibawa berenang
Ikatkan intan ke sisi pinggang
Walau pahlawan sakit berjuang
Bara digenggam menjadi arang
Cenderawasih burung di awan
Anak menetas ibunya mati
Bercerai kasih merindu rawan
Bagaikan putus rasanya hati
Nyiur gading tinggi menjulang
Masak ketupat berisi inti
Hancur daging bercerai tulang
Belum dapat belum berhenti
Tali ditarik dicarik-carik
Buat mengikat si kain kasa
Hati tertarik kerana cantik
Sayang terikat dek budi bahasa
Langit cerah awan membiru
Dinihari embun pun jatuh
Sakit hati menanggung rindu
Di dalam air badan berpeluh
Kalau berhajat turun ke laut
Turunlah diwaktu bulan terang
Di mulut naga lagi direbut
Inikan pula di tangan orang
Biar patah tulang di badan
Biar kering darah mengalir
Tetap berjuang mancapai impian
Di hujung hayat itulah akhir
Pasar Payang di Kuala Terengganu
Beli keris panjang sedepa
Ramai orang di Negeri Terengganu
Cik adik manis juga abang nak jumpa
Tiba malam gelaplah jalan
Muncul siang disinar mentari
Pedang hitam dalam genggaman
Hati riang tidak terperi
Di pagi indah menuju selatan
Menempuh simpang berkali-kali
Pedang merah buat pasangan
Dipasar Payang tempat dibeli
Ambil seikat si daun sena
Untuk mengelap cincin pusaka
Mata redup seribu makna
Anak rambut jatuh ke muka
Bertiup bayu udara bersih
Angin berhembus bertukar badai
Wajahnya ayu bujur sireh
Jarinya halus tombak serai
Segala puncak tinggi menjulang
Puncak yang mana dinda berada
Senyum tidak alang kepalang
Senyum bermakna tersemat di dada
Lampu indah digantung rendah
Sinar cahaya sayang tak lama
Jeling sudah senyum pun sudah
Bolehkah saya bertanya nama
Daun sireh disusun orang
Di dulang perak bertingkat-tingkat
Menghulur kasih orang tak pandang
Hati ku sebak senyuman kelat
Lalang meliuk ditiup angin
Angin berpuput dari barat
Hati merajuk orang tak ingin
Lama diturut sayang tak dapat
Purnama berlalu sileh berganti
Musim bertukar berubah-ubah
Kekasih yang dulu tersimpan di hati
Kenangan berakar rindu tak sudah
Banyak memberi kurang meminta
Lembut bicara santun berbudi
Bagai mentari menyilau mata
Bagai udara menyokong sendi
Kasih diberi sudah berbalas
Janji setia berbagai-bagai
Meskipun seri sekali imbas
Bagai tak percaya hajat tak sampai
Kuntum melayang diangin lalu
Jatuh menimpa akar di bawah
Jangan dikenang perkara yang lalu
Kalau tak lupa membawa padah
Kuntum diidam disunting orang
Hias dipelamin sebagai suri
Jangan didendam kepunyaan orang
Sunting yang lain untuk sendiri
Banyak mekar kuntum di taman
Semuanya harum kelopaknya indah
Jangan digusar memikat rupawan
Si dia kagum pada yang tabah
Siang terbayang malam bermimpi
Ku tulis syair untuk pujaan
Kasih dan sayang tidak bertepi
Bagaikan air dalam lautan
Sinar suria dilindung awan
Sinar pancarannya berbilah-bilah
Berjanji setia bersaksi bulan
Sampainya masanya mengapa berubah
Tuan puteri intan permata
Raja Aceh pinang tak jadi
Hendak berbudi tidak berharta
Hendak berkasih orang tak sudi
Dari Kajang ke Inderapura
Ku daki banjaran Titiwangsa
Hatiku riang tidak terkira
Merantau di bumi warisan bangsa
Inderapura padang saujana
Gading diukir menjadi gerbang
Walaupun jauh diri berkelana
Hati ku damai tiada bimbang
Hutan menghijau kiri dan kanan
Pawana menerpa dingin terasa
Bandar Kuantan di hujung jalan
Menara masjid menjulang ke angkasa
Bunga Kemboja di dalam taman
Mari disunting di waktu malam
Walau apa pinta mu puan
Tetap ku carikan diseluruh alam
Ku tanam Kemboja ku semai harapan
Kuntumnya mekar hatiku girang
Kelopaknya gugur di laman jiran
Hati ku hiba apalah malang
Bayu menyapa membelai sendu
Diri terbuang dirantau orang
Bertahun tak jumpa hatiku rindu
Bersentuh bayang rindu ku hilang
Labuh pukat di air tenang
Layar kendur angin utara
Walau melihat sekilas pandang
Aku bersyukur di kau gembira
Ukir gelang corak dedalu
Dipakai puan masa menimba
Walau memandang seimbas lalu
Bagaikan bulan jatuh keriba
Hati terluka bermain cinta
Pedih bisanya tidak terperi
Di keris panjang ku abadikan cerita
Di pasar Payang di Bukit Puteri
Hati berbunga cinta berputik
Jiwa remuk kasih berkecai
Senjata ke genggam menjadi milik
Ku namakan keris “HAJAT TERCAPAI”
Kinabalu namanya gunung
Banyak unggas berbagai rupa
Biar hayat sampai ke hujung
Pada mu dinda takan ku lupa
Mengambang bulan di tengah malam
Bayu segar menyapa bumi
Budi tuan selebar alam
Terukir mekar di hati kami
Daunnya hijau redup pandangan
Salam diberi pembuka kata
Bicara tersusun madah disampaikan
Awan gelap langit pun mendung
Hujan turun berderai-derai
Ku tatap bulan ku kenang untung
Air mataku jatuh berderai-derai
Kereta api sudah berlalu
Senja tenang bewarna jingga
Berkata hati bermadah kalbu
Si dia dikenang kemana jua
Bintang kecil berkilau terang
Biru putih dilindung awan
Dagang kerdil di rantau orang
Rindu kasih menanggung rawan
Petir berdentum langit bergegar
Hujan renyai menimpa titi
Hati gelisah jiwa berdebar
Menanti-nanti jawapan yang pasti
Malam sunyi suasana hening
Damai terasa tidak terperi
Purnama dan bintang duduk bersanding
Ke mana awan membawa diri
Di sana bukit di sini lembah
Di atas bukit air bertakung
Badan ku lesu terasa lemah
Fikiran bercelaru semakin bingung
Cantik berukir dulang kencana
Di dalam terhidang madu secangkir
Adakalanya hati bertanya-tanya
Madah ku ajukan tidakkah terzahir
Minta gelang diberi gelang
Gelang bertatahkan intan permata
Minta dipandang diberi pandang
Di dalam pandangan tersemat cinta
Daun gugur dihembus bayu
Jatuh berselerak laksana hamparan
Kelopak hatiku gugur dan layu
Impian ku terkubur musnah harapan
Di mana penawar hati nan walang
Di hujung kerlingan di tabir senyuman
Di mana dia kekasih ku sayang
Di madah berbunga dihujung talian
Kalau intan terpendam di bumi
Keras intan kalah besi
Tanda pahlawan tahan diuji
Layak dipuji berani mati
Kalau intan dibawa berenang
Ikatkan intan ke sisi pinggang
Walau pahlawan sakit berjuang
Bara digenggam menjadi arang
Cenderawasih burung di awan
Anak menetas ibunya mati
Bercerai kasih merindu rawan
Bagaikan putus rasanya hati
Nyiur gading tinggi menjulang
Masak ketupat berisi inti
Hancur daging bercerai tulang
Belum dapat belum berhenti
Tali ditarik dicarik-carik
Buat mengikat si kain kasa
Hati tertarik kerana cantik
Sayang terikat dek budi bahasa
Langit cerah awan membiru
Dinihari embun pun jatuh
Sakit hati menanggung rindu
Di dalam air badan berpeluh
Kalau berhajat turun ke laut
Turunlah diwaktu bulan terang
Di mulut naga lagi direbut
Inikan pula di tangan orang
Biar patah tulang di badan
Biar kering darah mengalir
Tetap berjuang mancapai impian
Di hujung hayat itulah akhir
Pasar Payang di Kuala Terengganu
Beli keris panjang sedepa
Ramai orang di Negeri Terengganu
Cik adik manis juga abang nak jumpa
Tiba malam gelaplah jalan
Muncul siang disinar mentari
Pedang hitam dalam genggaman
Hati riang tidak terperi
Di pagi indah menuju selatan
Menempuh simpang berkali-kali
Pedang merah buat pasangan
Dipasar Payang tempat dibeli
Ambil seikat si daun sena
Untuk mengelap cincin pusaka
Mata redup seribu makna
Anak rambut jatuh ke muka
Bertiup bayu udara bersih
Angin berhembus bertukar badai
Wajahnya ayu bujur sireh
Jarinya halus tombak serai
Segala puncak tinggi menjulang
Puncak yang mana dinda berada
Senyum tidak alang kepalang
Senyum bermakna tersemat di dada
Lampu indah digantung rendah
Sinar cahaya sayang tak lama
Jeling sudah senyum pun sudah
Bolehkah saya bertanya nama
Daun sireh disusun orang
Di dulang perak bertingkat-tingkat
Menghulur kasih orang tak pandang
Hati ku sebak senyuman kelat
Lalang meliuk ditiup angin
Angin berpuput dari barat
Hati merajuk orang tak ingin
Lama diturut sayang tak dapat
Purnama berlalu sileh berganti
Musim bertukar berubah-ubah
Kekasih yang dulu tersimpan di hati
Kenangan berakar rindu tak sudah
Banyak memberi kurang meminta
Lembut bicara santun berbudi
Bagai mentari menyilau mata
Bagai udara menyokong sendi
Kasih diberi sudah berbalas
Janji setia berbagai-bagai
Meskipun seri sekali imbas
Bagai tak percaya hajat tak sampai
Kuntum melayang diangin lalu
Jatuh menimpa akar di bawah
Jangan dikenang perkara yang lalu
Kalau tak lupa membawa padah
Kuntum diidam disunting orang
Hias dipelamin sebagai suri
Jangan didendam kepunyaan orang
Sunting yang lain untuk sendiri
Banyak mekar kuntum di taman
Semuanya harum kelopaknya indah
Jangan digusar memikat rupawan
Si dia kagum pada yang tabah
Siang terbayang malam bermimpi
Ku tulis syair untuk pujaan
Kasih dan sayang tidak bertepi
Bagaikan air dalam lautan
Sinar suria dilindung awan
Sinar pancarannya berbilah-bilah
Berjanji setia bersaksi bulan
Sampainya masanya mengapa berubah
Tuan puteri intan permata
Raja Aceh pinang tak jadi
Hendak berbudi tidak berharta
Hendak berkasih orang tak sudi
Dari Kajang ke Inderapura
Ku daki banjaran Titiwangsa
Hatiku riang tidak terkira
Merantau di bumi warisan bangsa
Inderapura padang saujana
Gading diukir menjadi gerbang
Walaupun jauh diri berkelana
Hati ku damai tiada bimbang
Hutan menghijau kiri dan kanan
Pawana menerpa dingin terasa
Bandar Kuantan di hujung jalan
Menara masjid menjulang ke angkasa
Bunga Kemboja di dalam taman
Mari disunting di waktu malam
Walau apa pinta mu puan
Tetap ku carikan diseluruh alam
Ku tanam Kemboja ku semai harapan
Kuntumnya mekar hatiku girang
Kelopaknya gugur di laman jiran
Hati ku hiba apalah malang
Bayu menyapa membelai sendu
Diri terbuang dirantau orang
Bertahun tak jumpa hatiku rindu
Bersentuh bayang rindu ku hilang
Labuh pukat di air tenang
Layar kendur angin utara
Walau melihat sekilas pandang
Aku bersyukur di kau gembira
Ukir gelang corak dedalu
Dipakai puan masa menimba
Walau memandang seimbas lalu
Bagaikan bulan jatuh keriba
Hati terluka bermain cinta
Pedih bisanya tidak terperi
Di keris panjang ku abadikan cerita
Di pasar Payang di Bukit Puteri
Hati berbunga cinta berputik
Jiwa remuk kasih berkecai
Senjata ke genggam menjadi milik
Ku namakan keris “HAJAT TERCAPAI”
Kinabalu namanya gunung
Banyak unggas berbagai rupa
Biar hayat sampai ke hujung
Pada mu dinda takan ku lupa
Mengambang bulan di tengah malam
Bayu segar menyapa bumi
Budi tuan selebar alam
Terukir mekar di hati kami
Pantun Kuala Terengganu (2008)
Singgahsana bukit puteri,
Angin bertiup menderu-deru,
Pantai memutih cantik berseri,
Dihias gelombang laut membiru
Bukit puteri di tepi laut,
Meriam kembar menjaga kuala,
Indah pandangan hati terpaut,
Berkurun lama ingatan tak lupa
Tegak berdiri tiang bendera,
Dalam kubu bukit puteri,
Hati riang tidak terkira,
Tercapai hajat datang kemari
Patah pasak di dalam kemudi,
Patah di ruang bunga kiambang
Jikalau tidak bertemu lagi
Bulan terang sama dipandang
Dua tiga cincin di jari
Jari yang sebentuk sahaja dibilang
Dua tiga dapat dicari
Tidak sama bagai yang hilang
Kain batik berbunga-bunga
Tiga pasang di atas peti
Di mana tempat bermain bermanja
Jikalau tidak si jantung hati
Kerongsang emas kerongsang delima
Mana sama kerongsang berlian
Tikar emas bantal suasa
Mana sama berbantal lengan
Kain baldu kain makasar
Halus baldu baunya harum
Laut madu sungai bersakar
Haus tidak dapat diminum
Pucuk rebung teluk berantai
Nama diberi menambah seri
kain songket coraknya permai
direka penenun zaman bahari
merpati terbang kepak bersilang
turun ke bendang memakan padi
simpan di peti takutkan hilang
baik kusimpan di dalam hati
anak sawa sebesar lengan
meniti-niti di batang padi
hendak tertawa tiada berteman
senyum sedikit di dalam hati
Angin bertiup menderu-deru,
Pantai memutih cantik berseri,
Dihias gelombang laut membiru
Bukit puteri di tepi laut,
Meriam kembar menjaga kuala,
Indah pandangan hati terpaut,
Berkurun lama ingatan tak lupa
Tegak berdiri tiang bendera,
Dalam kubu bukit puteri,
Hati riang tidak terkira,
Tercapai hajat datang kemari
Patah pasak di dalam kemudi,
Patah di ruang bunga kiambang
Jikalau tidak bertemu lagi
Bulan terang sama dipandang
Dua tiga cincin di jari
Jari yang sebentuk sahaja dibilang
Dua tiga dapat dicari
Tidak sama bagai yang hilang
Kain batik berbunga-bunga
Tiga pasang di atas peti
Di mana tempat bermain bermanja
Jikalau tidak si jantung hati
Kerongsang emas kerongsang delima
Mana sama kerongsang berlian
Tikar emas bantal suasa
Mana sama berbantal lengan
Kain baldu kain makasar
Halus baldu baunya harum
Laut madu sungai bersakar
Haus tidak dapat diminum
Pucuk rebung teluk berantai
Nama diberi menambah seri
kain songket coraknya permai
direka penenun zaman bahari
merpati terbang kepak bersilang
turun ke bendang memakan padi
simpan di peti takutkan hilang
baik kusimpan di dalam hati
anak sawa sebesar lengan
meniti-niti di batang padi
hendak tertawa tiada berteman
senyum sedikit di dalam hati
Saturday, July 4, 2009
Thursday, July 2, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)